AS dan negara barat menyebut ancaman yang disebabkan oleh Dr Abdul Qadeer (AQ) Khan ini, bisa setara dengan Adolf Hitler atau Joseph Stalin, karena kemampuannya di bidang nuklir. Intelejen barat pernah menganggap remeh kemampuan Abdul Qadeer Khan. Tapi setelah tiga puluh tahun membangun Pakistan hingga memiliki kemampuan nuklir, barat dan AS menjadi khawatir. Khan kemudian disebut sebagai broker teknologi yang bisa membahayakan dunia. Ilmuwan ini disebut telah menjual rahasia teknologi nuklir ke Iran, Korea Utara, Libya dan kemungkinan ke negara lain. Tekanan diplomatik akhirnya memaksa presiden Pakistan Pervez Musharraf menjadikan Khan tahanan rumah.The Nuclear Jihadist menuliskan perjalanan Khan secara detail. Suami istri Frantz dan Collins yang menulis laporan itu menghabiskan empat tahun perjalanan ke seluruh dunia, mewawancari pejabat intelejen dan mantan teman dan kolega Khan.
Saat perang berdarah 1947, Khan muda meninggalkan keluarganya di Bhopal India ke negara muslim Pakistan. Kekerasan yang dilihatnya selama di perjalanan dan penderitaan yang dialami, menimbulkan kemarahan besar pada India.
Setelah mengecap pendidikan di Jerman dan menikahi wanita Belanda, Khan mendapat kerja di perusahaan Belanda yang berhubungan dengan pengayaan uranium. Sebuah proses untuk menghasilkan energi nuklir, yang dengan mudah juga dapat diubah menjadi senjata nuklir.
Frantz and Collins menggambarkan pasukan Pakistan yang gagal merdeka dari India pada 1965 membuat kebencian Khan makin memuncak. Khan bertekad mengubah politik Pakistan seperti ditulis dalam biografinya yakni ingin membuat Pakistan sangat kuat dan tidak akan mengalami trauma dikuasai India.
Beruntung sekali waktu kembalinya Khan dari Belanda ke Pakistan berbarengan dengan pengembangan nuklir India. Saat India memiliki kemampuan nuklir pada 1974, tidak ada alasan untuk melarang Pakistan memiliki kemampuan serupa, bom harus dengan bom.
Tapi saat Khan tida di Pakistan, masa depan nuklir negara itu sedang terancam. Kanada telah menghentikan pasokan spare part untuk reaktor nuklir di Karachi dan Prancis mendapat tekanan internasional untuk membatalkan rencana penjualan pabrik pemrosesan ke Pakistan. Hal itu membuka peluang Khan dan menjadikannya sebagai pahlawan.
Dengan sepengetahuan koleganya, dia membawa cetak biru, foto dan daftar pemasok. Kemudian bersama istri dan anak perempuannya kembali ke Pakistan untuk membangun kemampuan bom nuklir Pakistan.
Dia kemudian berhasil membuat bom nuklir pada akhir 1980 di luar perkiraan ahli barat. Para pakar menggambarkan Pakistan pada masa itu untuk membuat jarum jahit atau sepeda berkualitas bagus saja dianggap tidak mampu, apalagi membuat teknologi tinggi untuk pengayaan uranium.
Jihadist menyebut Khan membangun jaringan pasar gelap untuk menjual teknologi rahasia nuklir Pakistan ke negara semacam Iran, Libya, Korea utara juga negara yang tidak diketahui. Jihadist juga menyebut ilmuwan nuklir Pakistan ini bertemu dengan Osama bin Laden untuk membuat bom.